Yogyakarta, 15 Juli 2025 – Produk fermentasi tradisional Indonesia seperti tempe, tape, dan brem, yang selama ini identik dengan makanan rakyat, kini mengalami kebangkitan luar biasa berkat inovasi ilmiah dan promosi strategis sebagai superfood. Ketiga produk ini sedang naik daun di pasar ekspor, terutama di Jepang, Korea Selatan, Eropa Barat, dan Amerika Serikat, sebagai bagian dari tren pangan fungsional yang berkelanjutan.
Fenomena ini tidak terjadi begitu saja. Sejumlah ilmuwan, pelaku industri pangan, startup agritech, hingga chef dan influencer kuliner telah berkolaborasi untuk mengangkat fermentasi lokal ke panggung internasional — dalam rasa, manfaat kesehatan, dan kemasan modern yang global-ready.
Dari Warisan Lokal ke Superfood Global
Indonesia dikenal sebagai surga fermentasi tropis. Proses fermentasi bukan hanya tradisi, tapi juga solusi alami untuk meningkatkan gizi dan umur simpan makanan. Kini, dengan riset mendalam, nilai gizi produk fermentasi lokal terbukti luar biasa:
-
Tempe mengandung protein nabati tinggi, probiotik, dan antioksidan isoflavon.
-
Tape singkong dan ketan mengandung enzim pencernaan, vitamin B kompleks, dan glukosa alami.
-
Brem Bali dan Madiun memiliki kadar polifenol dan senyawa adaptogenik yang membantu mengelola stres dan metabolisme tubuh.
Menurut Prof. Retno Wahyuningtyas, ahli mikrobiologi pangan dari UGM, riset terkini menunjukkan bahwa tempe fermentasi jangka panjang memiliki kandungan bioaktif setara kefir dan natto Jepang.
Transformasi Produk: Inovatif dan Siap Ekspor
Berkat sentuhan teknologi dan desain modern, produk-produk ini kini tampil dalam bentuk baru yang lebih diterima pasar internasional:
-
Tempe Chips Protein Crunch – keripik tempe rendah minyak dengan rasa matcha, BBQ Korea, dan keju vegan.
-
Tape Smoothie Mix – bubuk tape ketan untuk minuman sehat probiotik, tanpa gula tambahan.
-
Brem Ferment-Spark – minuman isotonik alami berbasis brem dengan rasa jeruk dan rosella, tanpa alkohol.
Brand lokal seperti Tempié, Tapeology, dan Bremu kini telah masuk gerai makanan sehat di Tokyo, Berlin, dan Los Angeles. Bahkan startup AgroLife Labs dari Surabaya kini menjadi pionir dalam ekspor tempe instan fermentasi beku ke 18 negara.
Dukungan Pemerintah dan Strategi Branding Budaya
Kementerian Koperasi dan UKM serta Kementerian Perdagangan mendukung gelombang ini dengan program “Fermentasi Bangsa”, yang melatih UMKM untuk masuk rantai nilai ekspor pangan fungsional. Selain itu, paten strain mikroba tempe Indonesia kini tengah diajukan ke WIPO untuk melindungi warisan biologis nasional.
Branding juga menjadi kunci. Produk tidak sekadar dijual sebagai makanan, tapi sebagai cerita budaya. Di label kemasan terdapat narasi tentang asal-usul tempe di Jawa, legenda tape dari Kerajaan Majapahit, hingga filosofi keseimbangan spiritual dalam pembuatan brem Bali.
Tantangan dan Masa Depan
Meskipun prospek cerah, tantangan tetap ada: dari standar kualitas internasional, konsistensi produksi, hingga edukasi konsumen luar negeri yang belum familiar dengan rasa unik fermentasi tropis.
Namun, menurut pakar pemasaran pangan global, Michelle Tanaka (Tokyo Food Tech Summit 2025), Indonesia memiliki keunggulan diferensial:
“Di saat dunia mencari solusi pangan sehat, ramah lingkungan, dan penuh cerita, produk fermentasi Indonesia punya potensi jadi pemimpin pasar.”
Penutup: Fermentasi Adalah Masa Depan
Dulu dianggap kuno dan kampungan, kini tempe, tape, dan brem menjelma sebagai ikon kuliner masa depan. Bukan sekadar pangan, tetapi simbol dari kekayaan mikrobiota, budaya leluhur, dan ketahanan pangan tropis yang visioner.
Dengan ilmu, inovasi, dan cinta tanah air, produk fermentasi lokal akhirnya mendunia — dan kita hanya baru memulai.