Jayapura, Papua — Nama Yafet Anum (24 tahun) mendadak viral di jagat maya setelah resmi meraih gelar doktor di bidang Teknik Robotika dari Technische Universität München (TUM), Jerman, dan menjadi salah satu doktor termuda Indonesia di bidang tersebut.
Kabar ini pertama kali mencuat setelah akun resmi TUM mempublikasikan kelulusan Yafet dengan predikat summa cum laude atas disertasinya tentang pengembangan algoritma kecerdasan buatan untuk robot penolong bencana alam.
“Robot ini dirancang agar bisa menavigasi reruntuhan pasca-gempa dan mengevakuasi korban dengan cepat,” ujar Yafet dalam wawancara dengan media Jerman.
Dari Lembah Baliem Menuju Eropa
Yafet berasal dari desa kecil di Lembah Baliem, Papua. Ia menempuh pendidikan dasar di sekolah negeri sederhana sebelum mendapat beasiswa nasional berkat prestasi akademiknya yang cemerlang. Ia kemudian melanjutkan studi ke ITB dan akhirnya terpilih dalam program pertukaran ke Jerman pada tahun 2020.
“Listrik pun dulu hanya ada malam. Tapi saya belajar siang-malam karena ingin buktikan anak Papua juga bisa,” katanya.
Disertasinya kini telah dilirik oleh beberapa lembaga internasional dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) disebut tertarik untuk mengadopsi teknologinya.
Gelombang Dukungan dan Kebanggaan Nasional
Tagar #YafetAnakPapua, #DoktorTermuda, dan #PapuaBerprestasi merajai trending topic di Twitter dan Instagram. Warganet memuji Yafet sebagai simbol harapan dan bukti bahwa pendidikan mampu membuka jalan bagi siapa pun, di mana pun asalnya.
Presiden RI bahkan menyampaikan ucapan selamat secara langsung dan menawarkan Yafet posisi khusus sebagai penasihat teknologi bencana di Kementerian Riset & Inovasi Nasional.
“Saya ingin kembali dan membangun kampus teknik di Papua. Biar makin banyak anak timur yang jadi insinyur dunia,” tutup Yafet dengan mata berbinar.