Aceh Tengah, 9 Juli 2025 – Dunia kopi Indonesia kembali mendapat sorotan global berkat inovasi baru dari dataran tinggi Gayo, Aceh. Kopi fermentasi natural dari Gayo kini menjadi menu unggulan di lebih dari 300 kafe spesialis di Asia Tenggara, mulai dari Singapura hingga Bangkok, bahkan masuk daftar menu istimewa jaringan Starbucks Reserve di Tokyo dan Seoul.
Inovasi ini dipandang sebagai bentuk modernisasi kopi lokal tanpa menghilangkan jati diri kopi arabika Gayo yang terkenal kaya aroma dan rendah keasaman.
☕ Apa Itu Kopi Fermentasi?
Fermentasi pada kopi dilakukan dengan menyimpan biji kopi merah (cherry) dalam wadah kedap udara (anaerobik) selama 24 hingga 72 jam, terkadang dicampur dengan ragi buah-buahan alami seperti nanas atau anggur.
Tujuannya:
-
Menciptakan karakter rasa baru (tropical fruity, winey, floral)
-
Mengurangi rasa pahit atau terlalu asam
-
Menghasilkan body kopi lebih “berlapis” dan kompleks
Gayo dikenal memiliki ketinggian ideal (1.200–1.600 mdpl) dan iklim lembab sejuk, cocok untuk fermentasi mikroba alami tanpa bantuan kimia.
🌱 Proses Produksi: Perpaduan Tradisi dan Sains
Para petani kopi di kawasan Jagong Jeget dan Bener Meriah kini bekerja sama dengan barista profesional dan ahli mikrobiologi dari Universitas Syiah Kuala untuk menciptakan sistem fermentasi terstandar.
“Kami menyebutnya ‘Kopi Hidup’. Rasanya unik seperti teh fermentasi, tapi tetap kopi Gayo yang kita kenal,” ujar Aulia Nurfikri, petani kopi milenial dari Takengon.
Hasilnya? Kopi dengan aftertaste anggur merah, aroma floral kuat, dan tingkat keasaman menengah, yang sangat disukai pasar kafe third-wave coffee Asia.
🌍 Reputasi Global dan Ekspor
-
Tahun 2024, ekspor kopi fermentasi Gayo meningkat 420% ke pasar Jepang dan Korea Selatan
-
Mendapat skor cupping 89–91 dari SCAA, menjadikannya kopi specialty grade
-
Di Thailand dan Vietnam, kopi Gayo fermentasi menjadi bahan dasar signature drink di festival kopi
💼 Potensi Ekonomi dan Dampak Sosial
Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, kopi fermentasi Gayo telah memberdayakan lebih dari 3.000 petani dan pelaku UMKM di Aceh Tengah, dengan nilai ekspor mencapai Rp 87 miliar sepanjang semester pertama 2025.
Program “Kopi Adil Gayo” juga mendorong sistem perdagangan kopi berkelanjutan dan inklusif, terutama untuk petani perempuan dan milenial.
📌 Kesimpulan
Kopi fermentasi ala Gayo adalah bukti bahwa inovasi berbasis lokal dapat bersaing di pasar global. Dengan memadukan tradisi dan sains, Indonesia berhasil menciptakan produk kopi yang bukan hanya enak, tapi juga membawa cerita, dampak sosial, dan kebanggaan nasional.
“Saatnya kopi Indonesia tidak hanya jadi ekspor mentah, tapi juga tren global,” pungkas Ketua Dewan Kopi Indonesia.
Tinggalkan Balasan